A word's just a word till you mean what you say and love isn't love till you give it away..send it on,.
Music is one of the ways you could send your words for your lover..
Here is an original song that I sang featuring Muhammad Rizky Sani (a song creator, music player, nand singer). Check this out and happy listening to "Rindu"
https://soundcloud.com/mr-sani-1/rindu
Kafein
Find Your Taste!
Wednesday, August 21, 2013
Saturday, June 22, 2013
Music Could Never Lie
I cannot tell which one comes first
Whether music makes our hearts unite
Or our unite hearts makes music
All I know is that I can sing a song with you so well
Our voices match in every single note of the music
Even when we sing with our close eyes
We know where and when to stop at the same time
The chemistry holds on us like it's never gonna end
This I cannot do with someone else
I have proved it even with my best friend whom I communicate a lot
It did not work at all, 'cause there's nothing attached in our hearts
I guess that's the reason why I couldn't sing the song
I believe you are more than just a partner
There are a lot more songs of life that we can sing together
But, when I wake up, I realize that it's no more than just a dream
The dream that might never come to real
Tuesday, May 14, 2013
Love is Music, Music is Love
"Sometimes when you love someone, you can not say it directly.
But, you always can say with music"
Can you feel my heart through the music? |
When my heart hums and beats
Follows the rhythm of the rain drops
When my soul sounds your name
Like a bird calls the wind
Here I play my romantic tone
To sing my love through the lyrics
The voice you listen is my feeling
The melody inside tells you everything
You are all the music, I'll ever need
You're all the melody, my heart insists to love
You're all the song, I've been waiting for so long
You're all the sounds, I am dying for
Hear my voice, I am singing the song
Trying to call you back, when you are gone
But your heart is too far away
I miss you, but I cannot say
When my heart beats for you
Through the music I love you
Oh baby, I wish sincerely
The music will unite us someday
Tuesday, April 30, 2013
The Simplest Way to Learn English: Learning by Loving
“Learning English is all about how you love it. Just like
loving your girlfriend or boyfriend, once you love English with all of your
heart, you will always want to do something with it”
Everything is fun when you love it |
Kemampuan
berbahasa Inggris adalah sebuah kebutuhan di era globalisasi saat ini. Sedikit
banyak setiap orang harus bisa berbahasa Inggris jika tidak ingin ketinggalan dari
perkembangan informasi dan komunikasi yang semakin dinamis. Selain itu,
kemampuan ini juga penting untuk meningkatkan daya saing kita sebagai sumber
daya manusia (SDM) di pasar internasional. Berbagai macam peluang menarik
seperti higher education scholarships, job vacancies, and business opportunities,
kelas dunia umumnya
ditawarkan kepada orang-orang yang mampu berkomunikasi, baik secara tertulis
maupun lisan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Lebih dari itu, dunia bahkan
menuntut kita, generasi global untuk mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang
tersertifikasi secara obyektif melalui uji standart kemampuan berbahasa
Inggris, antara lain tes TOEFL, TOEIC, IELTS, dan sebagainya.
Menjawab
tuntutan tersebut, kita tentu menyadari pentingnya belajar Bahasa Inggris sebagai
second language. Meskipun secara
formal di sekolah, bahkan sejak tingkat dasar (SD), kita sudah dibiasakan akrab
dengan mata pelajaran Bahasa Inggris, tetap saja masih banyak di antara kita
yang menganggap bahasa asing yang diakui secara internasional ini sebagai momok
tersendiri. Saya sering sekali mendengar orang bilang “Bahasa Inggris itu susah
banget”, “Bahasa Inggris itu grammar-nya
ribet”, “Bahasa Inggris itu sulit pronunciation-nya”,
“Ngomong Bahasa Inggris lebih sulit daripada menulis Bahasa Inggris”, “Takut
terbata-bata kalau ngomong Bahasa Inggris”, dan yang paling fatal “Aku nggak
bisa Bahasa Inggris”.
Cuplikan
kalimat-kalimat di atas dengan jelas mengesankan seolah-olah Bahasa Inggris itu
bahasa yang bandel alias susah sekali dipelajari, Hal ini membuat orang
cenderung takut duluan terhadap Bahasa Inggris dan pada akhirnya menyerah atau at least menjadi malas-malasan dalam
belajar Bahasa Inggris. Hal ini bukanlah semata-mata asumsi saya, melainkan sebuah
pola perilaku yang telah saya buktikan sendiri adanya pada adik perempuan saya,
murid yang dulu pernah les privat Bahasa Inggris pada saya, dan juga
teman-teman di sekitar saya.
Padahal,
kalau boleh saya berpendapat, Bahasa Inggris adalah bahasa yang sangat
fleksibel, fun, dan yang paling
penting it is very easy-learning. Mungkin teman-teman akan
langsung menyeletuk setelah membaca kalimat saya sebelumnya dengan
komentar-komentar seperti “Ya iyalah Sar, kamu kan jago Bahasa Inggris” atau “Ya
buat lo Sar, secara lo pernah tinggal di luar negeri”. Ya..ya..ya..saya akui bahwa setelah ke luar negeri, memang
kemampuan Bahasa Inggris saya menjadi lebih baik. Namun, hal ini hanyalah bonus
yang datang dari kemurahan Tuhan. Saya berani bertaruh bahwa jauh sebelum saya
diberikan kesempatan untuk tinggal dan belajar di luar negeri, Bahasa Inggris
sudah menjadi bagian penting dalam hidup saya. Mungkin terdengar sedikit lebay, tapi begitulah adanya.
Kuncinya
ada di mindset kita, yaitu tentang
bagaimana kita memandang Bahasa Inggris dan bagaimana kita men-treat bahasa tersebut. Cara termudah dan
paling sederhana yang bisa teman-teman lakukan adalah mencintai Bahasa Inggris
dengan sepenuh hati-learning by loving.
Ketika kita mencintai sesuatu kita akan senantiasa memandangnya baik, indah,
dan menyenangkan. Cara pandang ini kemudian mendorong kita untuk melakukan
banyak hal dengan apa yang kita cintai itu.
Pola yang sama akan terjadi ketika
kita mencintai Bahasa Inggris. Kita akan senantiasa memandangnya beautiful, fun, dan exciting to learn. Cara pandang inilah yang akan mendorong kita
untuk aktif melakukan sesuatu dengannya misalnya membaca bacaan Bahasa Inggris (buku,
novel, komik, koran, majalah, dsb), menulis atau mengarang dalam Bahasa Inggris,
nonton film berbahasa Inggris, mendengarkan lagu-lagu berbahasa Inggris, dan
berbicara sehari-hari dalam Bahasa Inggris.
Dengan
atau tanpa kita sadari dengan cara-cara itulah sebenarnya kita belajar Bahasa
Inggris secara efektif dan efisien. Dengan cara-cara itu pula, saya belajar
menulis dan berbicara Bahasa Inggris. Bila sebagian besar orang memilih untuk belajar
Bahasa Inggris di tempat kursus, berangkat dari level amatir hingga ekspert,
saya justru lebih memilih belajar sendiri secara autodidak. Bukan merasa sok
pinter atau sok tidak membutuhkan pengajar, tapi lebih pada menemukan
kenyamanan saya dalam belajar. Sebab, yang namanya belajar itu banyak caranya
dan begitulah cara saya.
Mungkin teman-teman bertanya, bagaimana
saya akhirnya tahu bahwa cara itulah yang paling efektif untuk saya? Jawabannya
karena saya pernah mencoba. Keluar masuk kursus Bahasa Inggris, mulai dari tempat
kursus ala-ala hingga tempat kursus yang sudah bonafit dan punya nama. Satu
bulan masuk, tidak betah, mulai rajin bolos, lantas keluar. Pindah ke tempat kursus
yang baru pun sama. Pada akhirnya hanya menjadi serangkaian aktivitas membuang
uang belaka.
Ketidakbetahan saya sebenarnya
beralasan (menurut saya :p). Materi di tempat kursus mengulang materi yang saya
peroleh di sekolah, walaupun memang harus diakui lebih advanced. Hal tersebut membuat saya bosan. Kebanyakan mengerjakan latihan
soal Bahasa Inggris seringkali membuat kepala saya pusing. Haha..LOL. Hal ini
juga menjadi sebab mengapa sampai saat ini, walaupun saya sudah dua kali ke
luar negeri, saya belum mempunyai sertifikat TOEFL sama sekali. Apabila waktu
itu saya menuntaskan kursus saya dengan baik, pasti at least saya pernah megikuti satu kali tes TOEFL dan punya
sertifikat skor TOEFL. Satu-satunya tes standart kemampuan Bahasa Inggris yang
pernah saya ikuti hanyalah TOEIC pada 2008. Itupun sebagai syarat mengikuti
program pertukaran pelajar ke Amerika.
Berbeda sekali rasanya, ketika saya
harus memencet kamus elektronik saya (alfalink)
untuk mencari kosakata (vocab) yang
saya belum tahu artinya 1) pada saat saya menterjemahkan kalimat dalam soal Bahasa
Inggris dengan 2) pada saat saya menterjemahkan kalimat dialog dalam film. Hal
yang sama saya rasakan ketika saya harus membuka kamus Indonesia-Inggris saya
saat saya harus menterjemahkan kata dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris
untuk 1) menjawab soal Bahasa Inggris dengan 2) untuk membuat kalimat dalam
karangan/tulisan saya. Teman-teman dapat membayangkannya bukan? I love English in the way I love it.
Kebiasaan saya menonton film Hollywood yang disajikan dalam Bahasa Inggris telah mampu mengasah kemampuan listening dan pronunciation saya. Indra saya menjadi sangat terbiasa mendengar
aksen Barat dan melafalkan kalimat percakapan sehari-hari dengan aksen Barat
(khususnya American-English).
Kekayaan kosakata Bahasa Inggris saya pun menjadi semakin banyak, termasuk slang words. Saya juga secara refleks menjadi
sering menggunakan kata-kata Bahasa Inggris dalam bahasa percakapan saya
sehari-hari, walaupun jatuhnya menjadi trilingual karena terjadi kombinasi
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jawa. Hal inilah yang pada
gilirannya mampu meningkatkan kemampuan speaking
saya.
Sementara kemampuan grammar dan writing saya diasah melalui hobi mengarang/menulis dalam Bahasa
Inggris. Apapun saya tulis, dari hal penting hingga diary pribadi. Selain itu, saya juga sering sekali mengikuti
lomba-lomba Bahasa Inggris, baik speech
maupun writing, mulai dari tingkat
kecamatan hingga tingkat provinsi. Mengikuti lomba-lomba Bahasa Inggris bagi
saya merupakan bentuk pembelajaran yang konkrit. Itulah alasan mengapa saya
hobi sekali mengikuti lomba Bahasa Inggris.
Untuk dapat memenangkan lomba, tentu
perlu practice and practice bukan? Nah,
practice itulah yang mengasah
kemampuan menjadi semakin baik, sehingga saya pada akhirnya mampu memenangkan
setiap lomba Bahasa Inggris yang saya ikuti, meskipun tidak melulu menjadi yang
terbaik. Yang paling penting bukanlah being
the best, but giving the best. Caranya adalah konsisten dan total dalam
melakukan practice. Sebuah hasil yang
besar datang dari kerja keras yang panjang dan melelahkan, namun hasil yang
besar lebih berharga dibanding waktu dan energi yang terbuang. So, keep on practice more and more till you
are sure you will rock the results! And never be afraid to make mistakes, ‘cause
you’ll learn from mistakes that you make!
Setidaknya kita bisa sepakat bahwa the simplest way to learn is to love what we
learn. Berangkat dari “mencintai” Bahasa Inggris, kita akan menemukan cara
masing-masing untuk menunjukkan kecintaan kita pada bahasa ini. Dengan cara unik
itulah, kita akan lebih mudah mempelajarinya dan tentu saja dengan hasil yang
insyAllah saya yakin akan baik. Jadi buat teman-teman yang masih berpikir bahwa
belajar Bahasa Inggris itu sulit, mulailah dari sekarang untuk mencintai bahasa
itu terlebih dahulu. Lalu temukanlah cara unikmu untuk mencintainya :)
Monday, April 22, 2013
A Cup Coffee of Love - Cinta Tertunda
"Tuhan menciptakan rasa cinta di setiap hati insan manusia. Maka dengarkanlah manakala cinta berbicara karena pada saat itulah hatimu bersuara"
You are my caffein whom I am addicted to love |
Cinta...
Bukan mata yang buta melihat
Tapi mata hati yang buta mencerna makna
Makna bahwa aku bukan siapa-siapa
Tidak lebih dari teman melepas canda tawa
Menumpahkan lara saat jiwamu berduka
Makna bahwa aku hanyalah bahu sandaran
Saat kepalamu mulai berat karena beban
Saat kau butuh pelukan hangat
Ketika dingin menerpa, hasrat melanda
Cinta...
Andai aku bisa memilih
Aku ingin menjadi tuli saja
Gaung ceritamu tentangnya
Yang sebenarnya tidak pernah ingin kudengar
Ekspresimu menggebu syahdu
Menyesakkan dada, menggelapkan sukma
Namun aku tetap ingin kamu tatapku tersenyum
Senyum yang mungkin bagimu tak seberapa berharga
Tapi setidaknya itu membuatmu lega
Karena aku mendengarkanmu, memahamimu
Cinta...
Jauh terasa dekat, dekat terasa jauh
Bilangan waktu yang kita lewatkan bersama
Bagaikan kedipan mata sekilas lalu
Sia-sia tanpa makna
Makna yang kucari, cinta...
Cinta...
Mengapa Tuhan mempertemukanmu denganku
Saat aku tak siap menolak kehadiranmu
Pengobat laraku di kala itu
Saat jiwaku rapuh karena masa lalu
Cerita kita begitu singkat
Tanpa awal, tanpa akhir
Mengalir tak terduga
Bila mau, aku ingin menyesalinya
Tapi hatiku berkata
Kau anugerah yang tak layak disayangkan
Cinta...
Kau boleh menilaiku perempuan yang sedikit punya sabar
Tapi sadarkah kamu?
Berapa lama aku bersabar untukmu?
Mendengarkanmu setiap waktu
Walau aku muak dengan dongengmu
Yang selalu tentangnya
Srikandi sakti yang kau puja mulya
Kamu tahu betul sulitnya bersabar bagiku
Kamu bahkan harus mengajariku berulang kali bukan?
Tapi nyatanya kamu tak mampu melihat
Sebanyak senyum yang tampak di bibirku
Sebanyak itu pula aku menahan pedih
Apakah itu bukan sabar namanya?
Monday, April 15, 2013
Belajar Berbagi Bersama Swayanaka
“Tidak Perlu
Berbuat Banyak, Berbuatlah Sedikit Namun Berarti Bagi Orang lain”
Senyum tanpa beban, bersemangat, dan selalu ceria di tengah keterbatasan. Itu
lah kiranya gambaran anak-anak bimbingan belajar Yayasan Swayanaka RT 04 RW 10
Cijantung, Jakarta Timur yang saya kunjungi setiap Minggu. Sebagian besar
anak-anak ini adalah anak dari keluarga kurang mampu yang orang tuanya
rata-rata bekerja sebagai pedagang keliling dan buruh cuci. Beruntung karena
mereka masih bisa mengenyam pendidikan di bangku sekolah, walaupun kebanyakan
berhenti hanya sampai SMA karena keterbatasan biaya untuk kuliah. Setiap
Minggu, saya dan teman-teman volunteer Swayanaka yang lain mengajar
anak-anak tersebut berbagai pelajaran yang masih belum mereka pahami di
sekolah, terkadang juga kami menyisipkan pendidikan karakter dan lingkungan.
Anak-anak tersebut bukanlah anak-anak yang cepat menangkap materi pelajaran
yang diajarkan, sehingga pengajar harus benar-benar sabar dan telaten dalam
mengajar. Hal yang dulunya sulit sekali saya makhlumi, tapi kini saya mengerti
bahwa setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dan sudah menjadi tugas
pengajar untuk memfasilitasi kemampuan itu dengan metode belajar dan cara
mengajar yang benar. Satu hal yang saya yakini adalah, setiap anak itu
sebenarnya punya potensi untuk menjadi pandai, asalkan diajar dengan baik dan benar sesuai karakternya.
Perlu treatment yang berbeda, misalnya untuk anak yang sangat rajin
mencatat dengan anak yang cenderung lebih suka mendengarkan gurunya menerangkan
di kelas.
Selain belajar, anak-anak sesekali juga diajak untuk bermain bersama misalnya outbound, piknik, atau pentas seni. Hal ini dilakukan karena anak-anak cenderung
jarang mendapatkan hiburan semacam ini lantaran orang tua yang repot mencari
nafkah.dan keterbatasan uang untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya rekreatif.
Dengan berbagai kegiatan ini, anak-anak sudah merasa sangat senang. Hal
ini membuka mata hati saya untuk lebih bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah menganugerahi saya kehidupan yang lebih baik daripada mereka.
Bisa jadi sesuatu yang kecil bagi kita, ternyata besar untuk orang lain.
Mungkin yang bagi kita tidak seberapa berarti, justru sangat berharga bagi
orang lain.
Pembelajaran itulah yang saya peroleh dari anak-anak di bimbel Swayanaka. Bersama
Swayanaka pula, saya mengenal orang-orang dengan kepedulian sosial yang
tinggi. Orang-orang yang mengajarkan pada saya tentang apa artinya membahagiakan orang lain.
Tidak perlu berbuat yang besar, berbuat hal kecilpun bisa sangat bermakna untuk
orang lain. Tidak ada yang istimewa dengan mengajar bimbel setiap Minggu yang
kurang lebih sudah lima bulan ini saya lakukan. Tetapi hal sederhana ini sangat
membantu anak-anak memahami pelajaran mereka di sekolah, khususnya bagi mereka
yang kurang mendapat perhatian orang tua. Jika ada kemauan, teman-temanpun bisa
melakukan hal yang sama dan jangan ragu untuk memulainya hari ini :)
Pekan kreativitas seni bimbel swayanaka 23 Desember 2013 |
Me with the kids at Ragunan Zoo |
The zoo did not only give the kids pleasure to see the animal but also where they could learn about animals |
The kids did drawing and painting after learning the animals |
Melbourne Trip: Tips Berteman dengan Orang Asing
“There is always something worth you can have somewhere
with someone you have never expected ”
with someone you have never expected ”
Perjalanan ke Melbourne yang hanya berlangsung selama delapan hari memberikan banyak pengalaman yang tidak terlupakan. Perjalanan ini berawal dari ajakan seorang teman di kampus untuk mengikuti Harvard World Model United Nations 2013. Sebuah ajang yang mempertemukan mahasiswa dari berbagai penjuru dunia dalam sebuah forum simulasi sidang PBB. Ajang yang bagi kebanyakan orang merupakan ajang bergengsi. Tetapi, harus saya akui, saya bukan salah satu dari kebanyakan orang yang berpikir demikian. Bagi saya, MUN tidak lebih dari sebuah ajang biasa, bahkan mungkin ekstrimnya saya akan bilang bahwa MUN itu cenderung membosankan. Kendati demikian, agaknya teman saya sukses membujuk saya hingga akhirnya saya mau ikut dan bergabung menjadi delegasi FISIP UI bersamanya.
Keinginan saya untuk pergi mengikuti WMUN ke Melbourne pada gilirannya muncul dan tenggelam. Tetapi kemudian saya berpikir bahwa mencoba hal baru yang belum pernah saya lakukan sebelumnya mungkin akan menjadi tantangan yang seru. Lebih dari itu, menjalani suatu hal dengan setengah-setengah justru tidak akan mendatangkan hasil yang maksimal. Hingga akhirnya, saya putuskan untuk benar-benar menjalani ini dan menerima amanah sebagai head delegate yang dipercayakan delegasi kepada saya. Berjuang bersama dengan empat orang anggota delegasi lainnya, hari-hari saya pun banyak disibukkan dengan kegiatan persiapan keberangkatan ke Melbourne.
Semua jerih payah kami terbayarkan saat kami tiba di Melbourne. Melbourne adalah sebuah kota kosmopolitan dengan penduduk yang sangat multikultur. Kita dapat menemui berbagai suku bangsa di kota ini. Landscape kota terdiri dari gedung-gedung perkantoran yang tinggi, apartemen, serta jalur tram yang melintas di setiap ruas jalan kota, nyaris tidak ada rumah hunian yang berdiri di kota. Perumahan tersebar di area suburban.
Melbourne mengajarkan pada saya pentingnya nilai-nilai toleransi dan kehidupan damai dalam perbedaan, termasuk bagaimana menghormati kebebasan individu, karena masyarakat Melbourne paling tidak suka mengurusi urusan orang lain. Jika boleh saya membandingkannya dengan masyarakat Amerika, masyarakat Australia khususnya Melbourne, mempunyai penghargaan yang lebih tinggi terhadap privasi orang lain.
Selain mendapatkan pengalaman baru dari konferensi WMUN dan pengalaman menjadi narasumber di beberapa media Australia, seperti ABC Radio Australia abcradioaustralia.net.au dan www.sbs.com.au, saya juga belajar banyak dari pengalaman berinteraksi langsung dengan masyarakat Melbourne. Suatu malam, saya dan teman-teman naik sebuah bus yang akan mengantarkan kami dari Hopper’s Crossing Station menuju ke home stay kami di Robert’s Avenue. Singkat cerita, kami berkenalan dengan supir bus tersebut. Oleh karena kami dan supir bus itu sama-sama Muslim dan ternyata supir bus tersebut sudah sering ke Indonesia, dengan baik hati supir bus tersebut menawarkan kepada kami untuk diantarkan ke tempat wisata yang sangat terkenal di Australia.
Saking senangnya mendapat tawaran itu, kami sontak langsung mengiyakan. Seolah lupa dan tidak peduli bahwa kami baru saja mengenal orang tersebut. Keesokan harinya, baru kami sadar bahwa kami sedikit gegabah. Mungkin saja supir bus itu orang jahat yang berniat buruk pada turis asing seperti kami. Terlebih karena supir bus ini merupakan warga Australia yang berasal dari Iran. Negeri yang cukup dapat disejajarkan dengan Saudi Arabia yang rentan dengan isu perdagangan perempuan. Akan tetapi, setelah berpikir lama, akhirnya kami memutuskan untuk pergi pada kahir pekan bersama supir bus tersebut dan tiga orang sepupunya yang lain.
Hari itu, kami pergi ke The Great Ocean Road , sebuah daerah pesisir pantai di wilayah selatan Victoria State yang dikelilingi tebing-tebing tinggi (cliff), kurang lebih sekitar 3 jam dari Weribee, Melbourne. Pantai yang begitu indah di sepanjang jalan dengan hamparan pasir pantai yang bersih dan karang yang cantik. Setelah itu, kami melakukan off road driving dan fireplace picnic di salah satu hutan di sekitar pantai. Sebuah hutan rindang yang difungsikan sebagai hutan lindung oleh pemerintah Victoria ini, didominasi oleh pohon eucalyptus, tempat dimana koala mencari makan dan tidur sepanjang hari. Lalu, kami juga mengunjungi penangkaran rusa, dimana kami bisa melihat binatang berkantong di habitat aslinya. Sayang, saat itu, hari sudah hampir gelap sehingga kami tidak bisa berlama-lama.
Perjalanan hari itu telah memberikan kesempatan pada kami, Kais (supir bus), Alaa (kakak laki-laki Kais), Haider, dan Mustafa (sepupu Kais) untuk menjadi teman dan keluarga baru. Sekelompok bule Iran yang sebelumnya sempat kami curigai sebagai orang yang hendak berniat jahat, justru adalah kawan baik yang sangat murah hati. Selain mengantarkan kami jalan-jalan, mereka juga menyiapkan hidangan khusus untuk kami. Bahkan, piknik hari itu disiapkan hanya dalam waktu satu malam sepulang kerja. Mereka menyadari bahwa memang tidak seharusnya turis asing seperti kami dengan mudah percaya pada warga Australia. Mereka pun yang sudah seperti ayah kami sendiri menasihati agar lain kali kami tidak melakukan hal yang sama dengan warga Australia yang lain. Warga Australia tertentu bisa jadi adalah orang yang hendak berbuat jahat kepada orang asing. Nasihat tersebut menghilangkan kecemasan kami dan perjalanan berakhir menyenangkan.
Dari pengalaman ini, saya mengambil sebuah pelajaran bahwa orang lain yang sama sekali baru kita kenal pun dapat menjadi teman bahkan keluarga. Selama kita banyak menanamkan kebaikan dan manfaat untuk orang lain, maka suatu saat Tuhan akan memberikan kebaikan pada kita melalui orang lain. Hal serupa juga saya rasakan saat saya dipertemukan dengan Erwin, seorang Indonesia yang telah empat tahun sekolah dan kini telah bekerja sebagai announcer di ABC Radio Melbourne. Saya bertemu dan berkenalan dengan Erwin di sebuah media interview dimana saat itu saya sebagai narasumber. Lalu, kami menjadi teman dan hang out bersama. Hal yang mengejutkan adalah secara tiba-tiba, dia menawarkan pada saya kesempatan untuk intership di ABC (langsung diterima kapanpun saya mau magang). Sebuah kebetulan yang kiranya harus saya syukuri, sebab saya memang sedang mencari peluang magang di luar negeri. Kebaikan Tuhan memang kadang datang melalui orang-orang yang tidak pernah kita duga.
Ketika teman-teman berkunjung ke negara lain, banyak-banyaklah bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Namun, tetaplah berhati-hati karena siapapun bisa menjadi baik dan jahat kepada kita. Yang harus tetap diperhatikan adalah bagaimana kita memilih teman bergaul dan bagaimana kita bisa menempatkan diri dalam pergaulan tersebut. Usahakan untuk senantiasa bersikap baik kepada siapa saja, sehingga orang juga akan bersikap baik kepada kita.
A very nice and funny wallpainting at the Crown Side |
A beautiful scenery down by Yarra River Bridge on my way to Business Centre District Melbourne |
Me and Kevin were representing Sri Lanka at SOCHUM Committee |
FISIP UI's Delegation, from left are Muthie, Dini, Kevin, Me, and Dyah |
One of the most amazing day I had in Melbourne was when I did off road driving in the forest |
Never thought that I would learn how to do Iranian dance in Australia |
A neat Greek reaturant in the downtown Melbourne, having dinner with Erwin and Kevin |
St. Kilda Beach Melbourne, nice view and clean sea water |
Me and the girls were taking picture by the Great Ocean Road |
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)