Tuesday, April 30, 2013

The Simplest Way to Learn English: Learning by Loving



 “Learning English is all about how you love it. Just like loving your girlfriend or boyfriend, once you love English with all of your heart, you will always want to do something with it”

English is Fun
Everything is fun when you love it


Kemampuan berbahasa Inggris adalah sebuah kebutuhan di era globalisasi saat ini. Sedikit banyak setiap orang harus bisa berbahasa Inggris jika tidak ingin ketinggalan dari perkembangan informasi dan komunikasi yang semakin dinamis. Selain itu, kemampuan ini juga penting untuk meningkatkan daya saing kita sebagai sumber daya manusia (SDM) di pasar internasional. Berbagai macam peluang menarik seperti higher education scholarships, job vacancies, and business opportunities, kelas dunia umumnya ditawarkan kepada orang-orang yang mampu berkomunikasi, baik secara tertulis maupun lisan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Lebih dari itu, dunia bahkan menuntut kita, generasi global untuk mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang tersertifikasi secara obyektif melalui uji standart kemampuan berbahasa Inggris, antara lain tes TOEFL, TOEIC, IELTS, dan sebagainya.

Menjawab tuntutan tersebut, kita tentu menyadari pentingnya belajar Bahasa Inggris sebagai second language. Meskipun secara formal di sekolah, bahkan sejak tingkat dasar (SD), kita sudah dibiasakan akrab dengan mata pelajaran Bahasa Inggris, tetap saja masih banyak di antara kita yang menganggap bahasa asing yang diakui secara internasional ini sebagai momok tersendiri. Saya sering sekali mendengar orang bilang “Bahasa Inggris itu susah banget”, “Bahasa Inggris itu grammar-nya ribet”, “Bahasa Inggris itu sulit pronunciation-nya”, “Ngomong Bahasa Inggris lebih sulit daripada menulis Bahasa Inggris”, “Takut terbata-bata kalau ngomong Bahasa Inggris”, dan yang paling fatal “Aku nggak bisa Bahasa Inggris”.

Cuplikan kalimat-kalimat di atas dengan jelas mengesankan seolah-olah Bahasa Inggris itu bahasa yang bandel alias susah sekali dipelajari, Hal ini membuat orang cenderung takut duluan terhadap Bahasa Inggris dan pada akhirnya menyerah atau at least menjadi malas-malasan dalam belajar Bahasa Inggris. Hal ini bukanlah semata-mata asumsi saya, melainkan sebuah pola perilaku yang telah saya buktikan sendiri adanya pada adik perempuan saya, murid yang dulu pernah les privat Bahasa Inggris pada saya, dan juga teman-teman di sekitar saya.

Padahal, kalau boleh saya berpendapat, Bahasa Inggris adalah bahasa yang sangat fleksibel, fun, dan yang paling penting it is very easy-learning. Mungkin teman-teman akan langsung menyeletuk setelah membaca kalimat saya sebelumnya dengan komentar-komentar seperti “Ya iyalah Sar, kamu kan jago Bahasa Inggris” atau “Ya buat lo Sar, secara lo pernah tinggal di luar negeri”. Ya..ya..ya..saya akui bahwa setelah ke luar negeri, memang kemampuan Bahasa Inggris saya menjadi lebih baik. Namun, hal ini hanyalah bonus yang datang dari kemurahan Tuhan. Saya berani bertaruh bahwa jauh sebelum saya diberikan kesempatan untuk tinggal dan belajar di luar negeri, Bahasa Inggris sudah menjadi bagian penting dalam hidup saya. Mungkin terdengar sedikit lebay, tapi begitulah adanya.

Kuncinya ada di mindset kita, yaitu tentang bagaimana kita memandang Bahasa Inggris dan bagaimana kita men-treat bahasa tersebut. Cara termudah dan paling sederhana yang bisa teman-teman lakukan adalah mencintai Bahasa Inggris dengan sepenuh hati-learning by loving. Ketika kita mencintai sesuatu kita akan senantiasa memandangnya baik, indah, dan menyenangkan. Cara pandang ini kemudian mendorong kita untuk melakukan banyak hal dengan apa yang kita cintai itu. 

Pola yang sama akan terjadi ketika kita mencintai Bahasa Inggris. Kita akan senantiasa memandangnya beautiful, fun, dan exciting to learn. Cara pandang inilah yang akan mendorong kita untuk aktif melakukan sesuatu dengannya misalnya membaca bacaan Bahasa Inggris (buku, novel, komik, koran, majalah, dsb), menulis atau mengarang dalam Bahasa Inggris, nonton film berbahasa Inggris, mendengarkan lagu-lagu berbahasa Inggris, dan berbicara sehari-hari dalam Bahasa Inggris.

Dengan atau tanpa kita sadari dengan cara-cara itulah sebenarnya kita belajar Bahasa Inggris secara efektif dan efisien. Dengan cara-cara itu pula, saya belajar menulis dan berbicara Bahasa Inggris. Bila sebagian besar orang memilih untuk belajar Bahasa Inggris di tempat kursus, berangkat dari level amatir hingga ekspert, saya justru lebih memilih belajar sendiri secara autodidak. Bukan merasa sok pinter atau sok tidak membutuhkan pengajar, tapi lebih pada menemukan kenyamanan saya dalam belajar. Sebab, yang namanya belajar itu banyak caranya dan begitulah cara saya. 

Mungkin teman-teman bertanya, bagaimana saya akhirnya tahu bahwa cara itulah yang paling efektif untuk saya? Jawabannya karena saya pernah mencoba. Keluar masuk kursus Bahasa Inggris, mulai dari tempat kursus ala-ala hingga tempat kursus yang sudah bonafit dan punya nama. Satu bulan masuk, tidak betah, mulai rajin bolos, lantas keluar. Pindah ke tempat kursus yang baru pun sama. Pada akhirnya hanya menjadi serangkaian aktivitas membuang uang belaka. 

Ketidakbetahan saya sebenarnya beralasan (menurut saya :p). Materi di tempat kursus mengulang materi yang saya peroleh di sekolah, walaupun memang harus diakui lebih advanced. Hal tersebut membuat saya bosan. Kebanyakan mengerjakan latihan soal Bahasa Inggris seringkali membuat kepala saya pusing. Haha..LOL. Hal ini juga menjadi sebab mengapa sampai saat ini, walaupun saya sudah dua kali ke luar negeri, saya belum mempunyai sertifikat TOEFL sama sekali. Apabila waktu itu saya menuntaskan kursus saya dengan baik, pasti at least saya pernah megikuti satu kali tes TOEFL dan punya sertifikat skor TOEFL. Satu-satunya tes standart kemampuan Bahasa Inggris yang pernah saya ikuti hanyalah TOEIC pada 2008. Itupun sebagai syarat mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika.  

Berbeda sekali rasanya, ketika saya harus memencet kamus elektronik saya (alfalink) untuk mencari kosakata (vocab) yang saya belum tahu artinya 1) pada saat saya menterjemahkan kalimat dalam soal Bahasa Inggris dengan 2) pada saat saya menterjemahkan kalimat dialog dalam film. Hal yang sama saya rasakan ketika saya harus membuka kamus Indonesia-Inggris saya saat saya harus menterjemahkan kata dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris untuk 1) menjawab soal Bahasa Inggris dengan 2) untuk membuat kalimat dalam karangan/tulisan saya. Teman-teman dapat membayangkannya bukan? I love English in the way I love it.

Kebiasaan saya menonton film Hollywood yang disajikan dalam Bahasa Inggris telah mampu mengasah kemampuan listening dan pronunciation saya. Indra saya menjadi sangat terbiasa mendengar aksen Barat dan melafalkan kalimat percakapan sehari-hari dengan aksen Barat (khususnya American-English). Kekayaan kosakata Bahasa Inggris saya pun menjadi semakin banyak, termasuk slang words. Saya juga secara refleks menjadi sering menggunakan kata-kata Bahasa Inggris dalam bahasa percakapan saya sehari-hari, walaupun jatuhnya menjadi trilingual karena terjadi kombinasi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jawa. Hal inilah yang pada gilirannya mampu meningkatkan kemampuan speaking saya. 

Sementara kemampuan grammar dan writing saya diasah melalui hobi mengarang/menulis dalam Bahasa Inggris. Apapun saya tulis, dari hal penting hingga diary pribadi. Selain itu, saya juga sering sekali mengikuti lomba-lomba Bahasa Inggris, baik speech maupun writing, mulai dari tingkat kecamatan hingga tingkat provinsi. Mengikuti lomba-lomba Bahasa Inggris bagi saya merupakan bentuk pembelajaran yang konkrit. Itulah alasan mengapa saya hobi sekali mengikuti lomba Bahasa Inggris.

Untuk dapat memenangkan lomba, tentu perlu practice and practice bukan? Nah, practice itulah yang mengasah kemampuan menjadi semakin baik, sehingga saya pada akhirnya mampu memenangkan setiap lomba Bahasa Inggris yang saya ikuti, meskipun tidak melulu menjadi yang terbaik. Yang paling penting bukanlah being the best, but giving the best. Caranya adalah konsisten dan total dalam melakukan practice. Sebuah hasil yang besar datang dari kerja keras yang panjang dan melelahkan, namun hasil yang besar lebih berharga dibanding waktu dan energi yang terbuang. So, keep on practice more and more till you are sure you will rock the results! And never be afraid to make mistakes, ‘cause you’ll learn from mistakes that you make!

Setidaknya kita bisa sepakat bahwa the simplest way to learn is to love what we learn. Berangkat dari “mencintai” Bahasa Inggris, kita akan menemukan cara masing-masing untuk menunjukkan kecintaan kita pada bahasa ini. Dengan cara unik itulah, kita akan lebih mudah mempelajarinya dan tentu saja dengan hasil yang insyAllah saya yakin akan baik. Jadi buat teman-teman yang masih berpikir bahwa belajar Bahasa Inggris itu sulit, mulailah dari sekarang untuk mencintai bahasa itu terlebih dahulu. Lalu temukanlah cara unikmu untuk mencintainya :)    

  
  

3 comments :

  1. artikelnya memberikan pencerahan :)
    mungkin berat buat orang yg kayak gue yg gak hobi nulis buat belajar grammer :p hehe

    ReplyDelete
  2. Makasih Edo..:)

    Sebenarnya, hobi menulis itu bisa dibentuk kok..mulai dari menulis satu paragraf aja..misalnya satu paragraf per hari dan lo bisa menulis tentang apa saja. Misalnya tentang how your day is going atau sesimple deskripsi tentang benda kayak misalnya tentang motor lo.

    Dari satu paragraf nanti bisa ditingkatkan lagi menjadi dua, tiga, empat, dan seterusnya..lama-lama hobi deh..:)

    Try it!

    ReplyDelete
  3. wah... sangat termotivasi mbak setelah membaca artikel ini.. jadi pengen belajar english lagii.. :D

    ReplyDelete